Puro, Kue Khas Jawa
Anda pecinta kue tradisional Indonesia? Kalau iya, berarti bahasan di bawah ini sangat cocok untuk Anda. Puro, kue khas Jawa yang satu ini memang memiliki makna dan filosofi dalam proses pembuatan dan juga setelah kue ini selesai dibuat. Sebagai jajanan tradisinal yang sudah ada sejak jaman dahulu, rasa dari kue ini memang tidak bisa diragukan, bahkan tidak jarang kue ini disuguhkan saat upacara yang sakral dengan wadah tampah dalam bentuk gunungan atau tumpeng kue puro.
Kue Puro |
Meskipun saat ini masih ada yang menjual di pasar-pasar tradisional dalam betuk jajan pasar, namun kue yang satu ini masih disuguhkan, khusunya dalam acara kematian masyarakat Jawa, yang disuguhkan dalam beberapa hari sebelum hari ketujuh saat acara kirim doa. Makna yang tersirat didalamnya yang membuat masyarakat menyuguhkan kue ini.
Puro, Kue Khas Jawa Timur
Bisa diakui bahwa di setiap daerah pasti memiliki budaya khas dan unik, atau bisa juga mirip dan benar-benar berbeda dengan daerah lainnnya. Begitu pula dengan kue puro ini yang sempat saya temui saat acara tahlilan setelah meninggalnya keluarga seorang sahabat. Budaya yang masih kental di masyarakat Jawa tersebut adalah selametan.
Secara tradisional, selametan merupakan tradisi ritual masyarakat yang dalam pelaksanaannya dilakukan dengan doa bersama, dengan posisi duduk bersila di atas tikar. Dalam ritual selametan orang Jawa, ada yang menggunakan jajanan yang memiliki nilai ritualitas yang tinggi, salah satu jajanan yang disuguhkan adalah kue puro.
Baca juga: Lupis, Manis Legit Jajanan Khas Jawa.
Di salah satu daerah di Jawa Timur, yaitu di Jombang, Jawa Timur, kue puro ini ternyata sangat kental dengan acara doa kematian atau doa untuk orang yang meninggal yang biasa disebut dengan Tahlilan.
Nah sebenarnya apa kue “puro” itu? Kue puro sebenarnya kue yang dibuat dari tepung beras, dengan warnanya putih, dan saat proses pembuatan, kue ini dibuat dalam bentuk tumpeng, dan baru diiris-iris saat akan disajikan.
Kue puro dalam penyajiannya |
Kue ini memiliki nilai filosofi yang mendalam, “puro” sendiri berasal dari bahasa Jawa, yaitu “nyuwun pangapuro”, yang memiliki arti meminta maaf. Warna putih dalam kue puro ini melambangkan kesucian, sedangkan warna merah yang berasal dari gula merah diartikan sebagai semua kesalahan. Maka warna putih yang mendominasi dari kue puro ini berarti seberapa pun banyaknya dosa dan kesalahan, maka ampunan Alloh Maha Luas.
Itu dia sedikit informasi tentang “Puro, kue khas Jawa”. Semoga bermanfaat dan menjadi tambahan informasi untuk Anda tentang kue tradisional khas Jawa ini.
Belum ada Komentar untuk "Puro, Kue Khas Jawa"
Posting Komentar